Minggu, 03 Januari 2010

TEORI HUBUNGAN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN

Pengertian Teori
Menurut Sumadi Suryabrata (1990), Setelah merumuskan masalah, maka langkah berikutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan cirri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Mark (1963) membedakan adanya 3 macam teori, dan ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1. Teori yang deduktif, member keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kea rah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk spekulatif titikpandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori yang fungsional, disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut :
1. Teori menunjukkan pada sekelompok hokum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hokum menunjukkan suatu hubungan antara variable-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramalkan sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengani suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Disini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu dating suatu konsep yang teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat memnunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Disini biasanya terdapat hubungan yang fungsinal antara data dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, teori adalah konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori dapat diuji kebenaranya, bila tidak dia bukan teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian. Menurut Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan bahwa : 1/ teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi, dan generalisasi yang logis. 2/ berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, 3/ sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
Selanjutnya Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan bahwa komponen teori itu meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan), dan informal organization. Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. Berikut ini diberikan contoh asumsi dalam bidang administrasi pendidikan:
a. Adminstrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalm organiasasi
b. Adminstrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi social.
Setiap teori mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi ladi untuk mengatasi masalah.

Tingkatan dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatn teori (level of teory) menjadi tiga yaitu : micro, messo, dan macro. Micro level theory : small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Messo level theory : attempts to links macro and micro levels or operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan social, ataukomunitas tertentu. Macro level theoru : concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concept thar are abstract.
Selanjutnya focus teori dibedakan menjadi tiga yaitu : teori subtantif, teori formal, dan middle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social concern, such as delinquent gangs, strikes, diforce , or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance : socialization or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypothese. Midle range theories can be formal or substantive. Midle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku untuk objek yang akan diteliti.

Kegunaan Teori dalam Penelitian
Cooper dan Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah :
1. Theory narrows the range of fact we need to study
2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning.
3. Theory suggest a system for research to impose on data in order to classify them in the most meaningful way
4. Theory summaries what is known about object of study and states the uniformities that be beyond immediate observation
5. Theory can used to predict further fact that should be found

William Wiersma (1986) menjelaskan bahwa penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam peneltian kuantitatif, teori yang digunakan harus lebih jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hodpotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Pohon teori-teori sangat luas dan dapat disusun ke dalam pohon teori pendidikan seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Akar ilmu pendidikan dikembangkan dari ilmu-ilmuj tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Selain itu juga dikembangkan dari pengalaman empiris praktek pendidikan sekolah dan luar sekolah. Cita-cita hidup, agama, hokum, konstitusi, sejarah dan adat istiadat juga digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pendidikan.
Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan dan ausland pedagogic (studi pendidikan luar negeri). Filsafat-filsafat pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan. Filsafat praktek pendidikan dapat dibagi menadi social pendidikan, filsafat proses pendidikan. Filsafat proses pendidikan dapat dibagi manjadi filsafat pendidikan klasik dan filsafat pendidikan modern.


Gambar 1: Pohon teori pendidikan
Selanjutnya Redjo Mudyahardjo (2002) mengemukakan bahwa teori pendidikan adalan sebuah system konsep yang terpadu, emnerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1. Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan lingkungan belajaranya
2. Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktul dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan kegiatan peneltiain, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesa dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesa itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ke 3 adalah digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upya pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto, Prof.DR., Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Lexy J. Moleleing, Dr. M.A., Metodotologi Penelelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997
Soewarno, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data, Penerbit NOVA, Bandung, 1995
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: P.T. Radjagrafindo Persada.
Sugiyono (2008), Metode Penelitian Pendidikan suatu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Tarsito , bandung, 2008.

1 komentar:

  1. sip.. mudah2an teorinya bisa diterapkan sehingga pendidikan qt jadi lebih baik.

    BalasHapus