Selasa, 08 Desember 2009

VALIDASI DAN REABILITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE ICT LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidaklagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, Tetapi juga sumbersumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan teknologi multimedia dan Internet. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004).
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan juga terjadi dalam pola penyampaian informasi pendidikan. Dalam konsep lama model penyampaian informasi dikembangkan dalam bentuk, pendidik (teacher) berperan sebagai seorang expert yang menyampaikan informasi kepada peserta didik (learner), kemudian dengan pemanfaatan teknologi multimedia dan komputer paradigma ini bergeser kepada learner-centered model, yang menuntut peran aktif peserta didik dalam mendapatkan instructional material atau learning material. Pergeseran ini digambarkan oleh Paquette (2004), sebagai berikut

Oleh karena pergeseran pola ini, maka pemanfaatan teknologi multimedia dan
komputer sebagai salah satu media penyampaian informasi pendidikan tidak dapat ditawar lagi keberadaannya. Lebih jauh Soekartawi (2003) mengungkapkan bahwa peserta didik hari ini, mempunyai kreatifitas yang lebih tinggi, keinginan untuk mencari dan mendapatkan sesuatu yang baru, anti kemonotonan dan berjiwa dinamis, harus diikuti dengan pola pengajaran yang mampu menampung perubahan tersebut.
Berikut akan dijabarkan proses penilaian pembelajaran matematika dengan melihat kehandalan atau reliabilitas dan validitas penyajikan pembelajaran matematika berbasis internat dan ICT atau lebih dikenal dengan E-Learning berikut dengan uji reliabilitas dan uji validitas soal-soal evaluasi pembelajaran dalam proses KBM kurikulum berbasis KBK (kurikulum 2004 dan pengembangannya ).

1.1. Penilaian, Penilaian Pembelajaran, dan Instrumen Pembelajaran
Kurikulum, Pembelajaran (Kegiatan Belajar Mengajar = KBM), dan Evaluasi merupakan 3 hal yang saling terkait yang hidup di dalam bidang pendidikan formal. Ketiga hal tersebut memiliki hubungan yang saling terkait. Kurikulum merupakan acuan bagi pengembangan KBM, sedangkan evaluasi disusun dengan memperhatikan KBM serta kurikulum yang dipakai. Selanjutnya, hasil evaluasi akan menjadi masukan bagi perbaikan/ pemantapan KBM, serta kurikulum. Selain itu pelaksanaan KBM dari waktu ke waktu dapat menjadi masukan bagi peninjauan kurikulum (untuk maksud pemantapan atau penyempurnaan). Dengan demikian, evaluasi merupakan kegiatan yang sama penting dengan mengembangkan kurikulum serta mengembangkan KBM.
Evaluasi selalu diawali dengan kegiatan pengukuran menggunakan instrument uikur yang berkualitas. Pengukuran sendiri merupakan kegiatan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif. Selanjutnya dari hasil pengukuran akan diperoleh data mentah yang harus diolah.
Penilaian merupakan kegiatan utuk membuat keputusan terkait dengan pengolahan hasil pengukuran. Hasil penilian lebih bersifat kualitatif. Jikalau evaluasi dikenakan pada pembelajaran dengan memakai sejumlah alat ukur pembelajaran sehingga diperoleh serangkaian data terkait dengan pembelajaran, dan diakhiri dengan kegiatan membuat keputusan terkait dengan hasil belajar dan peruses pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan terakhir ini yang dinamakan sebagai penilaian pembelajaran. Alat ukur yang mampu memberikan gambaran baik tentang proses dan hasil belajar, selanjutnya dinamakan sebagai instrument penilaian pembelajaran.




1.2. Tujuan, Makna, dan Fungsi Penilaian Pembelajaran
1.2.1. Tujuan Penilaian Pembelajaran
Diadakan dengan tujuan utama untuk memperbaiki KBM (Perbaikan proses pembelajaran). Namun karena praktek pembelajran di dalam pendidikan formal tidak dapat lepas dari siswa serta pengguna yang lain (sekolah, orang-tua, masyarakat, dan pemerintah),maka penilaian juga bertujuan untuk emnunjukkan pencapaian hasil belajar siswa.
Dengan demikian, keputusan yang diambil dalam penilaian pembelajaran memiliki 2 dimensi, yaitu ke dalam (guru dan sekolah) untuk perbaikan program (program pembelajran, program institusi), serta keluar (orang tua, masyarakat, dan pemerintah) sebagai bentuk pelaporan kinerja pembelajaran. Dengan kata lain, tujuan penilaitan pembelajaran meliputi : aspek internal (untuk perbaikan program), serta aspek eksternal (pelaporan pembelajaran).

1.2.2. Makna Penilaian Pembelajaran.
Bagi siswa, penilaian pembelajaran memberikan indikasi tentang prestasi belajar mereka. Sejauh mana siswa dapat menguasai kompetesi tertentu yang dituntut. Bagi guru, penilaian pembelajaran membantu mengenal siswa mana yang sudah menguasai kompetensi yang dituntut, serta siswa mana yang belum (bahkan tidak) menguasai kompetensi tersebut. Selanjutnya guru dapat merefleksikanpembelajaran yang telah dilakukannya (baik metode, keterssediaan media, alat, bahan,dan sumber belajar). Bagi sekolah, penilaian pembelajaran memberikan informasi tentang kondisi belajar yang disiapkan sekolah, kesesuaian kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan. Bagi orang tua, penilaiabn pembelajaran dapat memberikan gambaran prestasi seta gambaran kemajuan belajar putra-putirnya.

1.2.3. Fungsi Penilaian Pembelajran.
Terdapat beberapa fungsi penilaian, yaitu : fungsi seleksi, fungsi diagnostic, fungsi penempatan, dan fungsi pengukuran keberhasilan.
- Fungsi Seleksi, penilaian pembelajaran dipakai untuk menyeleksi siswa untuk keperluan-keperluan tertentu, atas dasar prestasi belajar siswa, missal : penentuan naik kelas, penentuan siswa berprestasi.
- Fungsi diagnostic, penilaian siswa untuk melihat kelemahan/ kekurangan siswa serta dapat diperkirakan penyebab terjadinya hal tersebut.
- Fungsi Penempatan, penilaian pembelajaran dapat dipaiai untuk menempatkan siswa ke dalam jenjang terntentu, missal untuk nelajar modul tertentu, untuk belajar pada grade tertentu.
- Fungsi Pengukuran keberhasilan, merupakan penilian pembelajaran dipakai untuk mengukur keberhasilan program (program pembelajaran maupun program institusi ).





1.3.Teknik Penilaian Pembelajaran
Terdapat 2 kelompok besar teknik penilaian pembelajaran, yakni : teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes merupakan cara penilaian yang berbentuk pemberian tugas / sekumpulan tugas (baik pertanyaan maupun perintah-perintah yang harus dikerjakan), dan dari hasil kerja siswa dpat diperoleh nilai yang menggambarkan pencapaian belajar siswa. Nilai ini dapat dibandingkan dengan nilai sesame siswa, maupun nilai standar.
Sedangkan teknis non test, penilaian dilakukan tanpa menguji (member soal dan siswa diminta untuk mengerjakan). Penilaian dilakkan melalui pengematan secara sistematis (obeservasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (kuesioner), pemeriksaan dokumen (analisis dokumen). Cara ini lebih banyak dipakai untuk penilaian aspek afektif dan psikomotorik. Sedangkan teknik tes lebih banyak dipakai untuk mengukur aspek kognitif.
Bentuk penilaian dengan test meliputi : penilaian lisan dan penilaian test tertulis ( terdiri atas : tes tertulis objektif, dan test subjektif/ essay), sedangkan penilaian dengan non test meliputi : penilaian unjuk kerja, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian tingkah laku.







BAB II
PRINSIP-PRINSIP
INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN YANG BAIK

Sebelum membahas prinsip-prinsip instrument penilaian yang baik, erlu diperhatikan 3 prinsip evaluasi pembelajaran yang baik. Ke 3 prinsip tersebut adalah : menyeluruh (evaluasi dilakukan secara utuh, member gambaran utuh tentang perkembangan siswa baik aspek kognitif, aspek afeksi, maupun psikomotorik); berkesinambungan (dilaksanakan secara teratur dan berlanjut dari satu waktu ke waktu berikutnya); objektif (evaluasi harus dihindarkan dari unsure-unsur yang subjektif), instrument yang dipakai untuk melakukan penilaian pembelajaran haruslah juga memperhatikan ketiga prinsip diatas.
Secara umum, sebuah instrument penilaian yang baik haruslah : valid (artinya mengkur apa yang sesungguhnya diukur), realiable ( artinya ajeg dalam hasil ukurnya), objektif (bebas dari subjektifitas), dan praktis ( artinya dapat dilakukan oleh guru)
Khusus untuk penilain berbentuk tes, apalagi jikalau test tersebut diperuntukkan dalam skala besar serta pengembalian keputusan yang mendasar dan berdampak luas, maka syarat valid dan reliable harus disertai dengan uji validitas secara statistic.




2.1. Validitas
Validasi atau validitas mengukur sejauh mana perbedaan skor mencerminkan perbedaan sebenarnya antar individu, kelompok, atau situasi menyangkut karakteristik yang akan diukur, atau kesalahan sebenarnya pada individu atau kelompok yang sama dari satu situasi ke situasi yang lain. Dengan kata lain validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu intrumen dikatakan atau dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari variable yang diteliti. Ada dua macam validitas sesuai dengan pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.


Uji statistika yang diperuntukkan untuk penilaian test mencakup datayang besar adalah korelasi produst moment dari Pearson, baik terhadap tes mapun terhadap item test. Rumus korelasi dan contoh kasus uji validasi dapat disimak pada ilustrasi berikut :
Contoh kasus :
Rumus Uji Validitas dan Contoh Kasus Uji (Disalin dari Suharsini : 81)

Tabel Skor test matematika terhadap skor test terstandar Matematika siswa-siswa di sebuah sekolah XYZ :
No
Nama
X
Y
X2
Y2
XY
Keterangan
1
Nining
5
7
25
49
35
X = hasil tes matematika
Y= hasil tes standar
2
Sudarto
6
6
36
36
36
3
Bambang
5
6
25
36
30
4
Seno
6
7
36
49
42
5
Prabu
7
7
49
49
49
6
Heru
6
5
36
25
30

Jumlah
35
38
207
244
222

Rumus Korelasi Product Moment (dengan angka kasar) :

Hasil perhitungan :



Kriteria Koefesien Korelasi :
0,8 r xy 1,00
Sangat tinggi
0,6 r xy 0,8
tinggi
0,4 r xy 0,6
Cukup
0,2 r xy 0,4
Rendah
0,00 r xy 0,2
Sangat rendah

Variabel macam itu dinamakan sebagai validasi empirik. Untuk instrumen umumnya (selain tes), validasi dapat tetap diupayakan dengan pendekatan logik (dinamakan validitas secara rasional)
Sebuah instrumen memiliki validitas rasional, jika dianalisis secara rasional cukup alasan menilai bahwa data hasil pengukuran melalui instrumen tersebut sungguh mencerminkan apa yang mau diukur. Untuk menelusurinya perlu dilihat dari dua hal, diantaranya :
· Isi instrumen : apakah isi instrumen sunggu mewakili cakupan kompetensi dasar yang akan diukur pencapaiannya (baik keluasan maupun kedalamannya)? (KBK), atau apakah isi instrumen sungguh mewakili cakupan materi yang seharusnya diukur (kurikulum berbasais materi). Penelusuran dilakukan terhadap setiap instrumen.
· Konstruknya : penelusuran berdasarkan konstruk dari instrumen (konstruk sering diterjemahkan dalam arti yang sempit sebagai susunan/ konstruksi). Apakah instrumen benar-benar tepat mengukur aspek-aspek pembelajaran sesuai dengan indikator?
2.2. Realibitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Singarimbun, 1989). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.
Terdapat banyak rumus statistika yang dapat dipakai untuk menunjukkan reliabilitas. Salah satu rumus uji yang paling sederhana dan mudah dipakai untuk instrumen tes objektif adalah rumus KR-20 dan KR 21 dari Kuder Richarson. Sedangkan untuk tes uraian memakai rumus alpha. Berikut adalah pengujian reliabilitas beserta contoh (disalin dari Suharsini : 102 dan 109).













Contoh kasus : skoe test Matematika Pilihan Ganda
No
Nama
Nomor Item
SKOR TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
5
1
Wardoyo
1
0
1
1
1
1
0
5
2
Benny
0
1
1
0
1
1
1
2
3
Hanafi
0
0
0
0
1
0
1
6
4
Rahmad
0
1
1
1
1
1
1
2
5
Tanti
1
0
0
0
1
0
0
4
6
Nadia
0
1
1
1
1
0
0
3
7
Tini
0
0
0
1
1
1
0
3
8
Budi
0
1
0
1
1
0
0
3
9
Daron
0
1
0
1
1
0
0
3
10
Yakop
0
0
0
1
1
0
0
2

Np
2
5
4
7
10
4
3
35

P
0,2
0.5
0.4
0.7
1
0.4
0.3


Q
0.8
0.5
0.6
0.3
0
0.6
0.7


pq
0.16
0.25
0.24
0.21
0
0.24
0.21
1.31

Rumus KR. 20 :
Rumus KR. 21 :


Keterangan :
= reliabilitas tes keseluruhan
N = banyaknya item soal
S = standar deviasi
P = populasi subjek menjawab item soal dengan benar
Q = proporsi subjek menjawab item soal dengan salah
M = rerata (mean) skor total

Hasil perhitungan :
Jika dihitung dengan KR 20 :

Jika dihitung dengan KR 21 :

Kriteria Koefesien Reliabilitas :
= reliabel
= tidak reliabel.
Jadi data skor tes matematika pilihan ganda tidak reliabel dan soal pilihan ganda yang dibuat tidak dapat dijadikan diandalkan sebagai alat ukur kemampuan siswa.
Sedangkan uji reliabilitas untuk tes berbentuk uraian dengan menggunakan rumus Alpha, yakni :
Dengan n = banyaknya soal, = jumlah varians skor tiap-tiap soal, dan = varians total.















BAB III
MERANCANG DAN MENGEMBANGKAN
INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN

Pembahasan pada bab ini akan dikaitkan dengan sebuah instrumen bentuk test dan sebuah instrumen bentuk non-tes.
3.1. Merancang dan Mengembangkan Test
Langkah-langkah dalam merancang dan mengembangkan test adalah : 1) merinci dan menyusun deretan tingkah laku yang tercermin pada setiap indikator yang kan diujikan (asumsinya : indikator yang telah disusun benar-benar merupakan sampel yang mencirikan pemenuhan akan kompetensi dasar). Langkah ini perlu agar tidak ada aspek yang semestinya diukur terlewatkan. 2) membuat tabel spesifikasi tes (sering disebut sebagai kisi-kisi), berikut formatnya :
Contoh kisi-kisi penulisan soal test
Kelas :
Semester :
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
No
Indikator
Aspek Kognitif
Jumlah
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sintetis
Evaluasi



















Jumlah










Untuk mengisi tabel diatas, perlu ditetapka dalhulu bobot setiap aspek dan bobot setiap indikator. Paling mudah disajikan dalam bentuk proses (%). Tetapkan berapa banyak soal yang akan dibuat (hal ini terkait dengan waktu tes). Selanjutnya barulah ditribusikan jumlah soal per indikator dan per aspek dapat diisi. Terakhir mengisi kolom jumlah soal perindikator dan per aspek.
Setelah test terpakai (ada data hasil kerja siswa), setiap item tes diteliti daya pembeda (indeks Diskriminan =ID), dan tingkat kesulitannya (IK = indeks kesulitan), Rumus yang dipakai :

Keterangan :
= jumlah jawaban benar untuk item soal i
= jumlah siswa
= Jumlah jawaban benar kelompok atas
= jumlah jawaban benar kelompok bawah
= jumlah siswa kelompok atas
= jumlah siswa kelompok bawah
= indeks kesulitan item soal i
= indeks diskriminan item soal i
Jika jumlah testee (siswa) cukup besatr (lebih dari 100), maka kelompok atas dan kelompok bawah diambil masing-masing 27%saja. Setelah diurutkan menurut total skor. Sedangkan jika kurang dari 100, diambil kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 50%. Kriteria item soal yang baik ditinjau dari ID dan IK sebagai berikut :
0,00 IK 0,30
Soal sukar
0,30 IK 0,70
Soal sedang
0,70 IK 1,00
Soal mudah

0,00 ID 0,20
Jelek
0,20 ID 0,40
Cukup
0,40 ID 0,70
Bagus
0,70 ID
Baik sekali
0,00 ID
Menyesatkan (item soal harus dibuang)

3.2. Merancang dan Mengembangkan Portofolio
Setelah silabus disusun denganmantap, maka langkah selanjutnya dalam merancang dan mengembangkan adalah :
- Tetapkan tujuan portofolio : apakah portofolio produk (menilai karya terbaik siswa), atau portofolio proses (untuk mengikuti perkembangan kemampuan siswa)
- Merencanakan tugas-tugas yang hasilnya merupakan isi dari portofolio. Untuk langkah ini harus berdasarkan pada silabus, khususnya pada pemilihan bukti-bukti pemenuhan standar kompetensi yang akan dicapai melalui portofolio.
- Agar tidak terjadi sebagian bukti-bukti tersebuttertinggal,maka perlu dibuat pula peta tugas yang berisi : indikator, tugas, aspek yang dituntut, dan banyaknya tugas.
- Pada setiap tugas ditentukan indikasi yaitu : hal-hal apa saja yang harus terdapat di dalam portofolio
- Selanjutnya guru menentukan format protofolio
- Menentukan rubrik penilaian
- Pada saatnya guru melakukan dokumen-dokumen protofolio yang disusun oleh siswa.

3.3. Skoring dan Penentuan Nilai Akhir
Skoring merupakan kegiatan memberikan skor atas tugas atau soal yang telah dibuat oleh siswa. Sistemskoring seharusnya sudah disusun sebelum instrumen dipakai. Dengan demikian pekerjaan skoring dilakukan berdasarkan aturan yang telah dirumuskan, dan tidak dapat berjalan seenaknya sendiri. Meski demikian, khusus untuk tes uraian tetap terbuka peluang masuknya unsur subjektifitas. Untuk itu khusus untuk soal uraian perlu diterapkan mekanisme skoring yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, serta proses skoring dilakukan persoal bukan persiswa.
Menurut Sumarna dan Muhamad Hatta (2007) dalam bukunya : Penilaian Protofolio Implementasi Kurikulum 2004, memberikan teknik skoring sebagai berikut :
a. Test Benar-Salah :
S = R (tanpa hukuman)
S = R – W (dengan hukuman)
S = T – 2W (dengan hukuman)
( S = Skor, R = banyaknya jawaban benar, W = banyaknya jawaban salah, T = banyaknya soal)
b. Tes pilihan Ganda
S = R (tanpa hukuman)
S = R – ( W/ (n-1)) (dengan hukuman),
dengan n = banyaknya pilihan jawaban
c. Tes isian singkat
Skor masing-masing item memiliki bobot lebih tinggi dari bobot item tes benar-salah maupun tes pelihan ganda, misal diberi bobot 2. Biasanya test ini tidak menyertakan hukuman.
d. Tes uraian
Skor jawaban siswa per item mengikuti pedoman skoring yang telah ditetapkan sebelumnya. Kekurangakengkapan unsur jawaban yang dikehendaki (kriteria) membuat pengurangan sedikit skor, namun tidak sampai berpindah ke kelas skor di bawahnya. Untuk ini perlu pertimbangan yang lebih cermat.



Skor yang dihasilkan dari proses skoring belum memiliki makna apa-apa, pengubahan skor menjadi nilai akan membuat makna yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Beberapa skala penilaian berikut sering dipakai :
· Skala bebas : setiap tes ditetapkan skor maksimum yang tidak perlu sama dengan skor maksimum tes yang lain. Nilai diperoleh dari pembandingan skor yang memiliki degan skor maksimum.
· Skala 1 – 10
· Skala 1 – 100
· Skala huruf : A, B, C, D, dan E

Amanat dari KBK, penilaian dibandingkan dengan kriteris ketuntasan belajar. Dengan demikian pengubahan dari skor mejadi nilai didasarkan pada kriteria yang dapat ditentukan lebih dahulu sebelum instrumen dipakai. Nilai selanjutnya dibandingkan dengan kriteris ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oelh satuan pendidikan yang bersangkutan.
Dengan membandingkan nilai terhadap KKM, guru dapat memutuskan untuk mengulang KKM untuk standar kompetensi yang tidak mencapai oleh semua siswa, memperbaiki KBM pada masa mendatang, melakukan remidiasi terhadap sejumlah siswa yang belum mencapai KKM, atau keputusan-keputusan pedagogik lainnya.



3.4. Bentuk tagihan dan laporan
Kegiatan penilaian dilakukan bersamaan KBM berlangsung dan pada akhir KBM. Berikut ini beberapa bentuk tagihan yang harus dipenuhi oleh guru :
1. Ulangan harian, dilakukan pada setiap satuan kompetensi. Bila siswa tidak mencapai KKM, guru harus memberikan kesempatan remidiasi, dan kemudian diukur kembali.
2. Akhir Semester : test diadakan pada akhir tahun untuk mengukur kompetensi yang telah di tetapkan untuk semester tersebut.
3. Akhir tahun : aktivitas penilaian pada akhir tahun untuk mengukur pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan untuk tahun akademik tersebut.













BAB IV
Uji Validitas dan Reliabilitas Paket
Multimedia Interaktif

Nelda dan Adri (2006), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pemafaatan e- Media dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa Teknik Elektronika telah mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk belajar secara mandiri dalam matapelajaran Matematika tingkat SMK/ SMA. Paquette (2004), mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis multimedia yang disebut dengan mulitimedia-based learning models, yang dikelompokkan ke dalam 6 (enam) model, yaitu : high-tech classroom, distributed classroom, 3multimedia self-training, On-line Training, Community Practice dan electronic performance support systems (EPSS).

4.1. Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran
Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu, yang mencakup beberapa tahapan, yang dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam KBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi siswa (Djamarah, 2002; 137). sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa. Heinich, dkk (1996), mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 1). Media yang tidak di proyeksikan, 2). Media yang diproyeksikan (projected media), 3). Media audio 4). Media video dan film, 5). Komputer, 6). Multimedia berbasis komputer. Thorn (2006) mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif, yaitu : 1) Kriteria pertama adalah kemudahan
navigasi, 2) Kriteria kedua adalah kandungan kognisi. 3) Kriteria ketiga adalah
presentasi informasi, 4) Kriteria keempat adalah integrasi media, 5) Kriteria kelima adalah artistik dan estetika dan 6) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Teknologi Hi-tech yang berkembang dewasa ini dapat dimanfaatkan sebagai media pendukung dalam proses pembelajaran (Moerad, 2002), yang dapat ditemui dalam bentuk : 1) Public or Private Database, 2) CD ROM, 3) Hypertext, 4) Hypermedia, 5) Interactive Multimedia, dan 6) Intranet dan Internet.
Untuk merealisasikan pembelajaran dengan dukungan teknologi tersebut, maka perlu dilakukan pada saat perancangan sistem pengajaran berbasis multimedia, beberapa tahapan analisis, terutama adalah analisis terhadap Front-end analysis yang menurut Owens dan Lee (2004) adalah sebagai berikut : Audience analysis, Technology analysis, Situasion analysis, Task analysis, Critical insident analysis, Objective analysis, Issue analysis, Media analysis, Extand data analysis, Cost analysis.




4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas E-Media Matematika
Sugiyono (2006) menyatakan bahwa uji validitas merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Dalam pengembangan model pengajaran berbasis multimedia, maka uji validitas dimaksudkan untuk menguji sejauhmana model e-media yang dikembangkan dapat digunakan sebagai salah satu model media pengajaran, sehingga dapat diketahui tingkat kebenaran dan ketepatan penggunaan media tersebut. Uji reliabilitas (Husaini, 2003), adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dalam e-Media sebagai instrumen, dapat dinyatakan untuk menguji kahandalan e-Media tersebut sebagai sebuah media pembelajaran, sehingga akan diperoleh pengaruh yang sama terhadap berbagai kelompok mahasiswa dalam tahun yang berbeda.
Untuk melakukan uji validitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan membanding nilai kelayakan ( r ) suatu instrumen dengan nilai r kritis yang ditetapkan (Sugiyono, 2006), umumnya r kritis digunakan untuk mendefinisikan batas validitas suatu instrumen, yang nilainya ditetapkan sebesar r = 0,3.


Pengujian juga dapat dilakukan dengan menguji seluruh item kuisioner yang digunakan untuk menguji validitas e-Media Matematika, dengan mencari daya pembeda skor item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah (Sugiyono, 2006). Masrun (1979) menyatakan bahwa ”....analisis untuk mengetahui daya pembeda, sering juga dinamakan analisis untuk mengetahui validitas item”. Untuk menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai berikut :







Sugiyono (2006), mengungkapkan bahwa untuk uji reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan testretest (stability), equivalen dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Untuk mengukur reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan 3 metoda yaitu (Sugiyono, 2006 dan Husaini, 2003) :










KESIMPULAN

1. Beberapa amanat pada kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) tentang penilaian sebagai berikut :
· Berbasis kelas : artinya guru dan murid terlibat dalam penilaian
· Memakai acuan patokan : nilai dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang dicanangkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
· Penilaian tidak hanya terbatas pada hasil tetapi juga proses, serta menunjukkan outcomes (hasil belajar berdampak), tidak hanya aspek kognitif saja melainkan lengkap dengan aspek afektif maupun psikomotorik.
2. Secara umum terdapat 2 tehnik penilaian, yaitu teknik tes dan teknik non test.
3. Untuk melakukan penilaian diperlukan langkah pengukuran, melalui instrumen yang sesuai, secara umum sebuah instrumen penilaian yang baik harus :
· Valid : artinya mengukur apa yang sesungguhnya diukur
· Reliable : artinya ajeg dalam hasil pengukurannya.
· Objektif : artinya bebas dari unsur-unsur subjektif
· Praktis : artinya dapat dilakukan oelh guru.
4. Jenis validitas instrumen :
· Validitas Rasional (logik), terdiri dari : validitas isi dan konstruk
· Validitas Empirik : dengan memakai korelasi product moment dari Pearson.
5. Reliabilitas diukur dengan menggunakan analisis statistik. Banyak cara untuk mengukur, namun cara yang paling mudah dan banyak dipakai adalah memakai rumus KR 20 dan KR 21 yang dikembangkan oleh Kuder Richardson
6. Merancang dan mengembangkan tes meliputi langkah – langkah :
a. Rinci dan susun berbagai aspek tingkah laku yang termuat dalam indikator.
b. Susun kisi-kisi
c. Begitu satu item soalselesai disusun, bubuhkan nomor soal di dalam kisi-kisi pada tempat yang sesuai.Siapkan pula kunci jawaban. Ulangi langkah ini sampai semua item soal tersusun.
d. Kajilah rumusan setiap item soal
e. Siapkan pedoman penilaian
f. Setelah siswa mengerjakan tes, lakukan skoring sesuai dengan rencana dan dilanjutkan dengan penilaian. Bandingkah nilai dengan KKM, dan keputusan dapat diambil.
7. Beberapa catatan dalam pembelajaran matematika
a. Penilaian tidak hanya mengukur produk saja, melainkan juga proses, karena matematika sekolah tidak disajikan sebagai bahan kajian siap pakai, namun bahan yang siap dikontruksi.
b. Selain aspek kognitif, beberapa nilai menjadi muatan pembelajaran matematika harus juga disentuh oleh penilaian.
c. Untuk tingkat SMK/ SMA penilaian matematika mancakup aspek logika, aljabar, trigonometri, kalkulus, statistik dan peluang.
8. E-Media yang dikembangkan telah diuji kelayakannya sebagai media bantu dalam pembelajaran, sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa/ peserta didik.
9. Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan media yang digunakan, sebelum diambil keputusan untuk menjadikannya sebagai media pembelajaran.
10. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat sejauhmana kehandalan media tersebut untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa secara mandiri.












DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Edisi ke – 3, PT Raja Grafindo, Persada, 2001

Tim penyusun Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi – Penilaian Berbasis Kelas, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2002

Tim Penyusun Depdiknas, Pelayanan Profesional Kurikulum-Penilaian Kelas, Pusat kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2004

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Aksara, Jakarta ,2006

Sumarma Surapranata, Muhamad Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007
Sugiyono (2008), Metode Penelitian Pendidikan suatu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Tarsito , bandung, 2008.
Suharsimi Arikunto, Prof.DR., Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Lexy J. Moleleing, Dr. M.A., Metodotologi Penelelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997
Soewarno, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data, Penerbit NOVA, Bandung, 1995








REFERENSI BLOGGER dan INTERNET



Komunitas eLearning IlmuKomputer.Com

Thorn. 2006. _________________, diakses pada alamat
http://pk.ut.ac.id/jp/52sept04/52benny.html, pada tanggal 20 April 2006

http:/www.azuarjuliandi.com/elearning/


Rika Sa’diyah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN


Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis S2
Penentuan validitas dan realibilitas Stigma Items dari Schedule for
Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI dari SCAN) untuk menilai
stigma yang dialami oleh keluarga yang merawat pasien skizofrenia
Inne Irawati Deskripsi Dokumen: http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107797&lokasi=lokal


PENELITIAN OPERASIONAL (OR): PENGERTIAN DAN METODA
Oleh Flourisa Juliaan* * Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi


Globalstatistik.com

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Suhermin97@yahoo.com












BIODATA PENULIS

Penulis : A. Nanang Baskara, Pendidikan Terakhir S-1 MIPA dari Geofisik (Program Studi : Hidrologi) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lulus tahun 1999. Pengalaman kerja (1999-2001) Litbang KOMPAS, Jakarta. Juli 2001 sampai sekarang menjalani tugas sebagai guru di Yayasan Tarakanita Unit SMK PIUS X Magelang, dengan bidang yang diampu adalah : Matematika dan IPA. Untuk melengkapi keabsahan sebagai tugas mengajar pada tahun 2002 mengambil Akta IV Mengajar di Universitas Terbuka cabang Yogyakarta (SKIP).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar